Selasa, 19 Juli 2022, silaturahmi & bincang santai bareng pimpinan & alumni BAZNAS RI

Mendengarkan nasihat & cerita dari orang-orang yang punya pengalaman & perjalanan hidup yg lebih panjang dari kita selalu jadi hal yang menyenangkan. Darinya kita seolah bisa mereguk mata air kebijaksanaan, kegigihan, dan ketulusan. Terasa dari kata-katanya, caranya bicara, atau dari mimik wajahnya. 

Dimomen silaturahmi kemarin, setiap alumni juga diberi kesempatam buat saling berbagi semangat & cerita tentang kegiatan yang tengah dijalani. Beberapa terdengar sangat luar biasa dan emang beneran keren. Insecrue? Iya. Temen sebelah juga bisik-bisik merasakan hal yg sama. Sebuah perasaan yg sebenarnya udah diantasipasi. Karna, sebelumnya juga pernah ada dimomen yang sama yang kayanya sampe 'babak belur' dihajar rasa insecure. Tapi hey, "kamu juga keren ko.." jawabku pada teman sebelahku itu. Setiap kita punya berlian & kisahnya sendiri. Setiap kita sama berharganya. Mindset yang berusaha aku pegang saat ini. 

Walaupun sebagai manusia yang ga pernah merasa puas, kita kayanya ga akan terhindar dari perasaan semacam itu. Dan gapapa ko, asal jangan sampai menguasai & menenggelamkan keberhargaan diri kita. Cukup jadi bahan buat refleksi & introspeksi diri supaya bisa jadi lebih baik lagi. 

Dimomen kemarin, sebenernya sekalian pengen merefleksikan diri terhadap hal-hal & kegiatan yang baru-baru ini dijalani. Tadinya cuma mau ceritain ke Nurul, team mate waktu stadium generale beasiswa Baznas dulu. Tapi akhirnya di share ke semua yang hadir karna kebetulan salah satu pimpnan Baznas menyinggung hal yang sama, yaitu Mestakung alias Semesta Mendukung. Aku bercerita kalau kegiatan yang dijalani kemarin (spectrum) itu adalah hal yang kayanya searah dengan apa yang pernah aku impikan dulu.  Sampai lumayan emosional gitu ceritainnya. Masya Allah banget..

(Langit sore Jakarta hari itu)

Jadi pengen cerita beberapa  momen mestakung lainnya (yang sebenarnya mungkin ada banyak yang udah terjadi atau yang akan terjadi nanti)

2013,
Melanjutkan kuliah setelah lulus SMA jadi hal yang paling diinginkan (walaupun sebenermya pas masuk SMA ga kepikiran), sedih sekaligus haru pada akhirnya. Saking bersyukurnya, diawal awal perkuliahan itu membatin sendiri, kurang lebih gini "nanti kalau gue lulus, gue akan berusaha bantu mereka yang punya kemauan sekolah tapi terkendala". 

Kemudian beberapa tahun setelah bekerja, coba coba bikin kelas inspirasi sendiri ke anak sekolah penerima manfaat bansos, cuma sekali & ga dilanjutin karna ga punya support sistemnya. Sampai beberapa tahun kemudian, masuk suatu komunitas, coba coba mengajukan program sejenis, diterima, sampai akhirnya terlaksana. Yap, spectrum. Spectrum itu punya kesan sendiri, salah satunya bentuk realisasi apa yang dulu membatin dalam diri. 

2014, 
Di acara stadium generale Baznas dimana salah satu kegiatannya setiap peserta diminta menuliskan mimpinya. Mc bilang "..apapun yang kita tulis/inginkan, nanti malaikat akan bantu aminkan". Kalimat yang saat itu menurut ku agak halu, masa sih?. Beberapa orang udah punya sederet mimpi. Meanwhile, aku termasuk yang justru baru mikirin. Bingung banget. Kami dikasih kesempatan buat maju ke depan bareng team matenya buat ceritain apa mimpinya agar kemudian diaminkan sama semua peserta. Nurul, team mate ku termasuk yang bersemangat, tapi aku urung. Karna malu (lebih karna ga yakin/ga tau apa sebenernya yg diimpikan). Dimomen itu kita juga satu sama lain diminta saling pegang pundak & saling tatap team mate kita buat saling meyakinkan diri. "lo pasti bisa". Kalimat dengan tulus & yakin yang ingin aku sampikan pada walau tanpa kata.

Akhirnya, setelah berusaha menyelami diri, terbentuklah sebuah mimpi. Saat itu aku ga menuliskan, aku menggambar. Karna aku sendiri ga bisa mendefinisikan profesinya. Yang kepikiran saat itu pokoknya pengen jadi sosok yang bermanfaat, khususnya bagi mereka yang lemah.  

(Gambar visualisasi mimpinya memang asal, tapi gambar dibawah punya makna hampir persis dgn yang terjadi dengan yang divisualisasikan. Berada ditengah-tengah Ibu dari keluarga penerima manfaat bansos, beberapa diantaranya juga petani)

2015,
Di kegiatan pengumpulan data tugas mata kuliah studio kota. Setelah setelah selesai mintain data, aku berdiri diantara gedung dinas Tata Ruang & Dinas Sosial. Sambil membatin "nanti kalo lulus, kerjanya antara di dinas ini sama dinas ini" sambil memandangi kedua gedung itu. Dan di tahun 2016, aku lolos bekerja sebagai pendamping sosial, artinya masuk satuan kerja dinas sosial. Yang sampe dimomen awal masuk ruang rapat dinsos tuh rasanya haru sendiri. Karna merasa apa yang dulu membatin itu, beneran kejadian. 

2018, 
Lewat obrolan santai sama temen ngebahas kalau pengen banget keluar negeri tapi dengan tujuan tertentu bukan cuma sekedar liburan. Ditahun itu juga iseng main games ramalan FB wkwk, tebakannya; negara yang cocok & bakal dikunjungi. Suprisingly, hasilnya Singapura. 2019, lewat komunitas Saudara Satu Negara berangkat ke Singapura plus Tanjung Pinang, buat belajar & jalanin kegiatan community development. Selengkapnya dilink ini;

2019 tuh juga tahun yang menurutku ajaib, 
Aku kenal Eka di suatu kegiatan kepemudaan. Kita emang sempet gobrol santai, sempet komunikasi singkat juga via WA, tapi habis itu ga kontak sama sekali. Eh 2021, masuk FIM lewat rekomendasinya. Walaupun belum kenal banget, tapi akhirnya lolos masuk sebagai alumni FIM & tergabung dalam satu komunitas yang sama  khususnya di FIM Tangerang Raya.

Disatu acara tahun 2019, yaitu Muslimah Sinau ketemu teh Fiqah. Teh Fiqah sebagai moderator aku sebegai peserta, sempet bahas & curhat seputar life crisis & self love. Jarang komunikasi, tapi kita berteman di IG. Kemudian dipertemukan kembali dalam satu komunitas yang sama. Bahkan bekerja sama dalam program spectrum kemarin. Teh Fiqah sebagi narasumber aku sebagai pelaksana acara. 

Di suatu kegiatan kepemudaan yang sama tahun 2019 bareng Eka, aku juga dipertemukan dengan Kak Akbar, orang yang selalu terbuka buat diajak diskusi, orang yang juga meyakinkan diri buat ikut kegiatan community development singapura  dengan bilang buat bikin paspornya dulu aja. Yang kemudian juga jadi narasumber di kegiatan spectrum. Masyaa Allah.. Amazed. Dipertemukan kembali dengan orang-orang yang pernah ditemui, lebih-lebih dalam suatu momen baik. Semoga begitu seterusnya.

Balik lagi soal kegiatan silaturahmi alumni beasiswa Baznas kemarin, jujur saat ini aku merasa belum mencapai apa-apa dibanding temen2 lain yang hadir, sesuatu yang mungkin bisa dibanggakan khususnya ke Baznas sebagai pemberi beasiswa. Setiap insight & pembinaan yang dikasih selama kuliah dulu ga dipungkiri membekas ke alumni-alumninya. Spirit kalau aku harus bisa memberi dampak baik & menebar kebermanfaatan apapun peran kita, itu kerasa banget. Sesuatu yang tanpa sadar jadi nilai yang membekas dalam setiap langkah & kegiatan yang dijalani. 



Beberapa tahun lalu Baznas menghidupkan & membentuk mimpi. Sore itu, melalui nasihat-nasihat & cerita-cerita yang disampaikan, Baznas kembali menghidupkan mimpi (lagi). Momem-momen mestakung sejujurnya menambah rasa optimisme diri. Jadi satu diantara tanda/bukti pada apa yang telah Allah janjikan bagi siapa saja yang berdoa, bersabar, dan percaya.