Hai!. Kali ini gue mau cerita dan dokumentasiin beberapa foto tentang perjalanan selama 5 hari Singapura – Tanjung Pinang minggu lalu. Beberapa temen ada yang tanya kok bisa atau gimana caranya. Sbenernya, gue punya 2 jawaban. Tinggal pilih mau jawaban pendek atau panjang. (Ribet banget yak). Panjangnya temen-temen mungkin akan ngerti dari beberapa tulisan gue sebelumnya. Singkatnya, yaaa.. berselancar di sosial media. Sekitar awal tahun 2019 lalu ketemu akun IG Saudara Satu Negara (SSN) yang kebetulan lagi buka pendaftaran untuk kegiatan pelatihan dan pengabdian di Singapura dan Tanjung Pinang.
Awalnya daftar yang full funded, sayangnya ga lolos. Beberapa minggu kemudian dapat email dari tim SSN untuk ikut jalur undangan dengan sejumlah biaya yang harus dibayarkan. Karna bukan lagi mahasiswa, kemungkinan buat mengajukan proposal ke beberapa instansi kayanyaa engga deh. Alhamdulilahnya setelah cerita-cerita, dapatlah informasi dan arahan dari seorang kaka mentor yang juga aktivis kepemudaan kabupaten. Beliaulah yang memantapkan diri gue buat ikut sekaligus menunjukan jalan ke sumber dana melalui pintu Bapak Bupati. Alhamdulillahnya juga di acc (terima kasih Pak Zaki.. Hehehe). Kemudian bikin paspor di kantor imigrasi serang, sekitar semingguan paspor pun jadi. Mudah dan gak ribet. Pun begitu gue juga harus mencari tambahan untuk menutupi sisa biayanya. Karna memang, Pak Zaki tidak bisa mengcover semuanya. Gue mengitung-hitung pendapatan dan pengeluaran selama beberapa bulan kedepan. Yaah.. namanya perjuangan ya, pasti ada yang mesti dikorbanin, jatah jajan misalnya. Maju mundur, ikut engga, atau perasaan-perasaan bimbang pasti ada. Tapi gue pikir, kapan lagi. Bissmillah deh.
Selasa, 25 Juni 2019. Selepas kegiatan evaluasi survei gue bersiap menuju bandara Soekarno Hatta dianter kaka. Gue berangkat kloter pertama dengan jadwal penerbangan pukul 9 malam WIB menuju Singapura menggunakan maskapai pesawat Jetstar. Ada 100 an lebih peserta plus panitia (udah kaya study tour SMA). Ini kali pertama gue ke bandara, pertama kali naik pesawat, pertama kali ke luar pulau jawa, dan pertama kali pula ke luar negeri. Huaaaa.., antusias banget. Walaupun takut dan cukup parno. Gue rasain betul betul tiap momennya. Dan.. Yesss!. Gue dapat tempat duduk persis deket jendela. Gue ga ada masalah apa-apa begitu pesawat terbang, hanya sedikit sakit telinga setelah sekitar 1 jam an perjalanan.
Bentar lagi pesawatnya take off...
Tau ngga? ada lagu yang gue repeat terus sepanjang perjalanan. Lagunya relate banget sama apa yang gue rasain. Begini potongan liriknya.......
Indescribable feelings
Soaring, tumbling, freewheeling
Through an endless diamond sky
A whole new world
A hundred thousand things to see
I'm like a shooting star
I've come so far
I can't go back to where I used to be
A whole new world
Every turn a surprise
With new horizons to pursue
Every moment red-letter
I'll chase them anywhere
There's time to spare
Let me share this whole new world with you
(Brad Kane & Lea Salonga version)
Hhhhhm.. akhirnya. Gue serasa tengah hidup dalam mimpi. Sekitar pukul 12 malam waktu Singapura, gue bersama robongan tiba di bandara Changi. Hal pertama yang menarik perhatian begitu masuk sebuah ruangan yang mirip ball room besar itu adalah anak-anak yang lagi berlarian. Rambutnya pirang panjang, mata bulat, putih dan pipi kemerahan. Cantik banget. Saat itu gue juga melihat ada banyak orang dari berbagai negara. Kami langsung menuju bagian imigrasi. Setelah selesai, gue dan teman-teman lain diminta menunggu rombongan dari kloter selanjutnya. Waktu senggang itu kami manfaatkan untuk berkeliling di sekitaran bandara. Gue baru ngeh sama Jewel of Changi, sebuah taman besar dalam bandara. “Huaa..” begitulah kira-kira ketika gue masuk ke sebuah ruangan berisi pepohonan, lampu-lampu yang berganti warna, suara musik yang menangkan juga air terjun buatan ditengah-tengah. Udaranya seger banget.
Maafkan muka tidak santai jam 3 pagi ini. Wkwk
Ini dilantai dasar Jewel of Changi. Kaya air terjun dalam tabung kaca berukuran besar.
Kira-kira begini pemandangan di Jewel Changi.
Sekitar pukul 4 pagi kami, bertolak dari bandara menggunakan shuttle bis. Dari sana, barulah gue tau perbedaan waktu di Singapura. Langit jam 6 pagi disana, kaya jam 4 atau 5 an pagi di Indonesia. Kami menginap di kawasan Little India tepatnya di Bunc Hostel. Sebelum menuju hostel, kami singgah sebentar di Majid Abdul Gafoor. Hal pertama yang gue rasain pas turun di bis adalah bau bau masakan kaya rempah.
Sarapan karbo. Mirip.nasi goreng tapi lebih padat. Rasanya biasa.
Masjid Abdul Gafoor
Bunc Hostel, dikawasan Little India
Foto dijalanan Little India dan Sim Lim Tower.
Di Hostel kami cuma naro barang-barang. Karena rombongan langsung berangkat ke suatu tempat bernama Sustainable Singapore Gallery, salah satu tempat yang menjabarkan bagaimana konsep tata kota yang baik dan indah bagi Singapura. Tapiii... sayang, kita ga bisa lama, alhasil Cuma foto-foto disekitarannya aja (eww).
Pas dateng rame kaya anak-anak TK lagi tour bareng bapak-bapaknya. Gue ga tau kenapa disini cuma bisa foto-foto diatas gedungnya aja. Kezel. Abis itu disuruh naik bus lagi, Herrr.
Pemadangannya menghadap langsung ke Marina Bay Sands.
Pertemanan yang sungguh random.
Loncaat.. Bareng mba Kokom (bukan nama sebenarnya) dari Aceh.
Setelah dari Sustainable Singapore Gallery, kami berpindah ke Urban Redevelopment Authority (URA). URA ini adalah otoritas yang mengatur perencanaan kota Singapura dan berada di bawah wewenang kementrian Pembangunan Nasional Pemerintah Singapura. Sebagai lulusan PWK, gue sangat antusis. Gue berasa lagi fieldtrip mahasiswa-mahasiswa planologi di kampus-kampus lain. Setelah 2 tahun lulus kuliah tapi. Wkwk. Dari sini gue tambah menyadari bahwa ilmu PWK itu emang "seksi". Entah kenapa gue smakin merasa kalau apa-apa yang gue pelajari kemarin itu ga ada apa-apanya. PWK itu luaaas banget, unik, dan menarik. Tidak bisa dipungkiri gue jadi mulai ada perasaan untuk kembali menyelam lagi. Sayangnya gue tidak bersama rombongan yang semuanya punya ketertarikan di bidang ini. Sedangkan kemampuan gue untuk mengeksplor sendiri cukup terbatas.Tour guide kami Cuma jelasin sedikit, padahal banyak hal menarik disini. Seketika jadi kangen dosen. Heuu.
Patung Samsui Women. Posisinya didepan sebelum masuk URA. Katanya sih ini potret perempuan Singapura jaman dulu.
Baca deh. Keren ya.
Ini kalau liat langsung sebenernya keren banget.
Katanya ini adalah Masterplannya Singapura. Dan siapapun presidennya, perencanaan wilayah dan kotanya tetap mengacu ke masterplan ini.
Lantai 2 URA, kita bisa liat sejarah Singapura dari masa ke masa.
Perjalanan berlanjut ke Cospace Park. Disana kami mengikuti workshop dari pemateri yang awalnya gue kira dari luar ternyata dari orang Indo yang lama di Singapura. Gue lupa banget apa-apa yang beliau sampaikan. Gue terserang kantuk berat. Hiks. Intinya sih kaya persiapan selama kegiatan pengabdian nanti.
Mon maap, fotonya diambil dari google. Karna Hp pas itu lagi di charge. Hehe
Abis workshop di Cospace park, rombongan langsung ke Bugis market buat belanja oleh-oleh gitu. Hal yang gue bayangkan saat disini adalah pasar Tanah Abang. Wkwk
National University Of Singapore. Cuma lewat doang. Huft. T.T
Kemudian pergi ke Marina Bay Sands (MBS). MBS ini juga adalah tempat yang cukup terkenal di Singapura. Kami tiba disana menjelang malam, waktu yang tepat buat menyaksikan water laser show.
Dari sini Singapura tampak glamor dan sibuk.
Water Laser Show
Setelah dari MBS, kami langsung menuju hostel. Esoknya, rombongan berlanjut ke sebuah tempat yang juga terkenal di Singapura, dialah icon Singapura. Yap, Merlion Park.
Sebelum berangkat sarapan dulu. 4 lembar roti panggang. Biasa.
Dan yaa... Ini dia. Patung Merlion!.
Belakang foto ini adalah hotel bintang 5 bernama The Fullerton Hotel. Lokasinya dekat sungai Singapura, Downtown Core, Central Area Singapura.
Merlion Park jadi destinasi terakhir selama di Singapura, karna setelah itu kami langsung meenuju Singapore Cruise Centre. SCC merupakan pusat kapal pesiar internasional utama di Singapura, lengkap dengan International Passanger Terminal yang ramai dan sibuk. Dari SCC kami akan pergi naik kapal ferry menuju Pulau Bintan tepatnya Tanjung Pinang. Setelah melakukan perjalanan sekitar 2 jam, kami pun sampai dan langsung di jemput bis menuju Dermaga Kampung Sei Enam. Dari dermaga inilah kami akan pergi ke lokasi pengabdian, yakni Pulau Mantang menggunakan kapal pongpong.
Dermaga Kampung Sei Enam, Tanjung Pinang
Air laut dibibir Pulau Mantang ini jernih banget, rumah-rumah penduduk khas wilayah pesisir, beberapa tidak jauh dengan rumah-rumah di Tangerang. Setelah silaturahmi dengan warga & tokohh setempat, hal yang paling menakjubkan yang hampir-hampir bikin gue teriak & loncat kegirangan adalaaah.. Langit malamnya. Ohh.. itu beneran indah banget. Bintang-bintangnya jernih dan jelas terlihat.
Dalam perjalanan menuju lokasi pengabdian menggunakan kapal pongpong. Tampak wajah lelahnya yaa. Hihi
Yeayyy.. Akhirnya sampai juga di Kampung Baru, Pulau Mantang.
Jumat, 28 Juni 2019. Hari pertama di Pulau Mantang diisi beberapa kegiatan di sekolah dasar. Kegiatannya ada senam pagi, PHBS, cek kesehatan, tanam sayur, sampai sharing session. Kegiatan utama gue itu sebenernya ada di hari Sabtu, yaitu Family Development Session (FDS) bareng temen-temen dari divisi ekonomi dan ibu-ibu pulau Mantang. Seru deh. Selain itu kami bersih-bersih sampah di sekitaran lingkungan pendudukan dan pinggiran pantai. Oya, kami juga sempat ikut menonton sepak bola antar kampung. Pertandingan ini diadakan setahun sekali, kegiatan ini seperti hajat warga. Ramai-ramai orang pergi naik Kapal Pongpong menuju Pulau Sungai Enam, tempat pertandingan berlangsung.
Sarapan hari pertama di lokasi pengabdian. Lontong sayur. Jelas lebih enak dari lapisan roti.
Btw, ini pake almamater nak UI ya. Apa itu UT? Wkwk.
Kegiatan divisi ekonomi. Family Development Session. Kegiatannya berlangsung setelah pengajian gitu, orang sana sebutnya wirid. Gak dimana, ketemunya tetep mak emak. Heuu
Duduk diatap kapal pongpong bareng adik-adik dan warga kampung menuju pulau Sungai Enam buat nonton pertandingan bola. Mau nonton bola aja mesti nyebrang pulau ya kan. Greget.
Oya, bahasa yang digunakan oleh masyarakat disana adalah bahasa melayu. Malam sebelum besok berangkat kembali ke Jakarta, kami berkunjung ke sesepuh kampung. Namanya Datuk Bali. Dari beliau kami tau kalau sejarah pulau ini adalah dulunya ada 3 orang yang bekerja sebagai nelayan yang pergi ke sebuah pulau. Pulau inilah yang kemudian disebut Mantang, nama Mantang ini tidak lain adalah sebutan untuk kegiatan mencari ikan.
Minggu, 30 Juni 2019. Pukul setengah 4 pagi kami sudah bersiap menuju Bandara Haji Fisabilillah Tanjung Pinang. Pengalaman tak terlupakan, naik kapal PongPong di waktu gelap ditemani pemandangan langit malam. Cahaya bulan dan bintang memantul di permukaan air. Juga hembusan angin laut. Akh.. nikmatnya.
Menunggu keberangkatan pukul 9 pagi di Bandara Internasional Haji Fissabillilah. Sampai di CGK sekiar jam 11 an.
Dream comes true. Liat awan dari atas :p
Foto bareng dibandara Haji Fisabilillah. Ini belum ada foto yang bener, baru kaya gini aja. Temen-temen belum pada share. Wkw
Finally.. Sampai kembali di Jakarta.
Alhamdulillahalladzi bi ni'matihi tatimus shalihat... Perjalanan ini mungkin belum seberapa. Bumi masih begitu luas. Sadar, banyak hal dari Singapura dan Tanjung Pinang yang belum tereksplor saat kegiatan kemarin. Semoga bisa kembali dilain waktu, lain kesempatan, dan momen-momen terbaik lainnya. See you :)
















































2 Komentar
Nice sharing kakak :)
BalasHapusThanks ^^
Hapus