Kenikmatan dari sebuah perjuangan bagi seorang pembelajar memang bukanlah hasil, melainkan prosesnya. Proseslah yang akan selalu dikenang dan pengalaman sebagai buahnya.
Tentu ada banyak nikmat yang tak bisa diurai hanya dalam sebuah tulisan. Bahkan dengan tinta sebanyak samudera sekalipun. Tak akan pernah bisa.
"Selamat ya may". Ucap seorang dosen padaku saat acara wisuda yang lalu. Aku membalasnya dengan tersenyum. Ku mohonkan doanya sebagai seorang guru. "Oya pak, aku masih punya hutang lho sama bapak". Balasku. "Apa? buku? udah simpen aja, buat kamu". Jawabnya singkat. Aku sedikit tertawa. Buku itu sebetulnya lama ku pinjam. Sebuah buku referensi atas perlombaan yang pernah ku ikuti. Beliau pembimbingnya.
Teringat saat masa awal mengarungi masa-masa semester awal yang penuh dengan kejutan. Ya, kejutan. Karna memang banyak hal yang tidak pernah ku duga sebelumnya. Seperti melewati hutan rimba yang tak pernah aku tau apa yang akan dilewati atau dihadapi. Aku hanya terus berjalan. Menikmati.
Sejak awal masa perkuliahan aku selalu berusaha memaksimalkan belajarku meski di barengi dengan aktivitas lain. Hingga akhirnya, dalam dua semester itu aku berhasil mendapat hasil indeks belajar yang cukup baik.
Aku adalah seorang yang cenderung pendiam. Pun begitu, aku lebih menyukai sesuatu yang bergerak daripada diam. Aku lebih senang membaca puisi atau dongeng daripada menulis atau membuatnya. Aku juga lebih senang memahami sebuah bacaan sambil menghafal daripada menuliskannya dalam sebuah rangkuman. Walaupun dalam kegiatan perkuliahan kita tidak akan terhindar dari kegiatan menulis. Khususnya sebuah tulisan ilmiah. Sebuah jenis tulisan yang semasa sekolah menengah hampir jarang sengaja ku buat kecuali karena tugas sekolah. Dan inilah tantangannya.
Di semester tiga aku mulai dipertemukan dengan mata kuliah studio. Tepatnya studio 1 proses perencanaan (ada 2 mata kuliah studio lainnya yakni studio perencanaan kota dan perencanaan wilayah). Dalam penyusunan laporan studio 1, aku mendapat sekitar 3 kali revisi baik judul maupun isinya. Aku juga mulai sering pulang malam untuk menyelesaikan tugas itu.
Tantangannya adalah aku hampir sama sekali belum pernah membuat sebuah tulisan ilmiah. Kedua, ketersediaan media belajar yang masih sangat terbatas. Semisal laptop dan bahkan handphone. Karnanya aku sering keluar masuk warnet. Ketiga, sebagai ketua tim aku juga dituntut untuk mampu memenej kelompok mulai dari tugas sampai anggota timnya.
Sampai kemudian, dalam sebuah kuliah umum bersama mahasiswa dari daerah lain kami diminta mempublikasikam draf laporan. Aku bersama tim berusaha semaksimal mungkin. Sayang, publikasi yang awalnya ku kira berupa laporan fisik ternyata menggunakan media power ponit. Dan kelompok ku sama sekali tak tau mengenai itu. Miskomunikasi.
Arghh. Secepat dan semaksimal mungkin kami buat materi presentasi meski tidak mudah. Perasaan ku mulai tak karuan. Aku khawatir, juga takut. Sebentar lagi kegiatan dimulai. Kami masih berusaha. Kami mendapat urutan terakhir, aku tetap tak tenang. Sebentar lagi giliran kelompok kami. Aku malu. Ingin rasanya aku menangis. Aku tak ingin maju mewakili, namun tak ada pilihan. Tanganku mulai dingin. Aku gugup.
Ini adalah hari yang tidak akan pernah aku lupakan.
"Bisa, pasti bisa". Ucap seorang teman satu timku. Aku kumpulkan segenap kemampuan ku. Terlebih untuk sedikit lebih tenang. Aku berusaha tersenyum, menarik nafas dalam dan memulainya. Sekilas aku melihat seorang peserta diskusi sedikit terkekeh melihat hasil pengerjaan kelompok ku. Aku tau ini tak begitu baik.
Namun, dalam sebuah diskusi profesional tak akan ada saran menyudut atau menjatuhkan. Aku mendengar setiap tanggapan atas hasil pengerjaan laporan kelompok kami. Seorang dosen cukup disegani karena sarannya yang mendetail. Aku dengarkan setiap sarannya dengan seksama.
Akhirnya kuliah umum itu selesai. Beberapa teman berbincang membahas hal lain. Aku mendekati salah seorang dosen pembahas tadi. Beliau seorang lulusan sarjana ekonomi dan perencaan wilayah & desa IPB. Aku hanya ingin melakukan konsultasi atas tugas studio ini secara lebih rinci. Beliau menjelaskan dengan sangat cukup jelas. Dari beliaulah aku mulai mengerti dari dan sampai mana tugas itu mestinya diselesaikan. Kami berbincang cukup lama dan bagiku juga cukup menarik.
Dengan pengalamanya, aku bertanya "Sampai kapan sebuah kota butuh perencanaan?". Diluar dugaan ku, beliau hanya menjawab. "Nanti kamu akan dapat jawabannya sendiri". Aku hanya tersenyum, sedikit penasaran atas apa yang beliau ucapkan. Beliau pun pamit undur diri mengakhiri diskusi singkat itu sambil memegang kepalaku layaknya seorang anak. Aku kembali tersenyum. Teringat seseorang yang juga pernah lakukan hal yang sama saat SMA dulu. Seorang guru. Saat beliau lakukan itu, tiada hal lain yang aku harapkan selain keberkahan.
"Terimakasih banyak pak". kataku mengakhiri.
Dosen pembahas itu akhirnya jadi salah satu dosen yang aku kagumi. Beliau pun pernah menjadi pembimbingku dalam kegiatan studio berikut. Beliau termasuk dosen yang setiap pertanyaannya sangat di segani bahkan dikhawatirkan oleh teman-teman karena cukup mendetail seperti yang sudah aku katakan sebelumnya. Tapi aku tidak. Aku justru senang bahkan sedikit antusias. Bagiku itu seperti sebuah tantangan.
Dalam kesempatan lain, aku memberanikan diri meminta beliau untuk bersedia membimbing ku dalam kegiatan Narescamp 2016 bersama 2 teman lainnya. Kami akhirnya jadi lebih dekat. Pernah aku beserta dua temanku berkunjung kerumahnya untuk melakukan bimbingan. Meski kami sedikit kaku, beliau cukup ramah. Ada banyak buku dirumahnya. Ah, tak heran memang. Masing-masing dari kami kemudian meminjam sebuah buku. Sebuah buku yang akhirnya beliau berikan. (Haha)
Ya, bersama kesulitan akan selalu ada kemudahan. Tantangan akan menghasilkan buah paling tidak sebuah pembelajaran bagi pelakunya.
Ya, kesulitan dan tantangan adalah hari raya bagi seorang pembelajar.
Mari kita nikmati!
(Foto: dari kiri ; Ade, Nani, Pak Ake, Aku, Rita, Handa, Nia)
4 Komentar
Jadi teringat masa masa kelam kita diawal studio. Haha Sebuah proses belajar hingga kita sampai sekarang ini sungguh tidak terduga. Well-writen kok may, keep writing for the next stories yah
BalasHapusKeep writing for the next stories juga ya :)
HapusDuuhhh aku kangennn
BalasHapusWkwkw, apalagi studi 3 ya de, berjuta rasanya. Ade nulis juga dong :D
BalasHapus