Perjalanan ke tanah suci tentulah impian setiap muslim. Sebuah mimpi yang seringkali kita tulis dalam daftar impian, juga dalam doa-doa yang kita panjatkan.

"Bukankah ini juga bagian dari mimpimu May?" Kataku dalam hati, ketika panggilan itu datang dan diri masih belum yakin.

Punya impiannya sudah sejak bertahun-tahun lalu, namun memantapkan diri & melakukan persiapannya baru beberapa bulan sebelum keberangkatan. Empat bulan lalu, ketika bapak ibu berencana berangkat umroh dan aku ditanya kesiapan buat ikut juga. Dari situ mulai menghitung-hitung tabungan yang dipunya sambil memohon agar dimudahkan & dimantapkan hatinya. Singkat cerita, dengan izin Allah akhirnya aku ikut mendaftar. Ikut melaksanakan ibadah umroh.

Sabtu, 4 Januari 2025 pukul 19:00 WIB kami berangkat. Siang sebelum keberangkatan, ada syukuran & doa-doa memohon keselamatan. Selain orang tua, dalam umroh pertama ini aku berangkat bersama 2 orang bibi dan 1 tetangga kami. Cukup ramai keluarga yang mengahantar. Dan jadi momen yang seru karna seperti sekalian wisata bandara. 

Pemandangan sore di Bandara Soekarno sebelum menaiki pesawat Saudi Airlines menuju Jeddah

Di pesawat kami mendapat kursi dengan posisi yang acak (tidak berurutan), bersyukurnya aku dan orang tua duduk berdekatan. Bapak duduk persis disampingku dan ibu duduk dikursi persis didepanku. Saat pesawat sudah take off, ibu bertukar tempat duduk hingga akhirnya kami bisa duduk berjejer bertiga. Ibu, aku, dan bapak. Dulu, setiap kali berada ditempat yang bagus & nyaman atau lagi makan makanan enak, aku seringkali membatin, berharap suatu saat bisa juga mengajak atau bersama orang tua merasakan hal yang sama. Saat pesawat mulai naik ke udara, ada perasaan tidak percaya, rasanya seperti mimpi jadi nyata. Alhamdulillah.. Hadza min Fadli Rabbi.

:""

Perjalanan berangkat termasuk lancar & nyaman meskipun cukup panjang yaitu 9 jam lebih. Aku dan bapak banyak bereksplorasi, melihat pilihan entertain dilayar monitor depan kursi sampai menjajal toilet pesawat. Ibu juga cukup antusias, duduk didekat jendela melihat-lihat cahaya lampu kota diketinggian.


"Kesampaian juga ya Mak.." bisiku pada ibu setiba di Jeddah. Kalimat yang sejujurnya berulang kali aku katakan setiap kali melewati tempat atau momen tertentu selama umroh. 

Kami tiba di Bandara Jeddah pukul 1 dini hari waktu Arab Saudi. Di Indonesia berarti jam 4 subuh (beda 4 jam). Setelah melakukan proses administrasi, bertemulah rombongan bersama Mutowwif (pemandu perjalanan selama umroh), dengannya pula kami naik bus yang sudah disiapkan menuju Kota Madinah. Melewati area bus bandara Jeddah yang besar, terbayang bagaimana penuhnya saat musim Haji.

Pemeriksaan imigrasi di Bandara Jeddah 

Menunggu koper

Di Kota Madinah. Hari masih gelap, karenanya kami tidak benar-benar melihat pemandangan sekeliling.  Meskipun begitu, pemandangan dini hari juga realita bahwa kami akhirnya sampai ditanah ini & tengah melakukan perjalanan di Kota Nabi jadi sebuah pengalaman & perasaan penuh syukur, senang dan haru. Kami juga sempat singgah di rest area untuk melaksanakan shalat Subuh, disini untuk pertama kalinya kami merasakan suhu Madinah dimusim dingin. Sangat dingin. Hawa yang semenjak dari bandara tidak begitu terasa. Meskipun dingin, aku justru sengaja berusaha menghirup dalam-dalam udaranya seraya mengucap syukur. Alhamdulillah.. Hadza min Fadli Rabbi.

Menuju masjid di rest area setempat. Dingin~

Ketika hari mulai lebih terang dan jalanan sudah lebih tampak terlihat, ada perasaan haru yang lagi-lagi makin terasa. Sepanjang perjalanan, tidak banyak dijumpai rumah-rumah warga, sepanjang jalan hanya tanah & bukit tandus berbatu. Aku sempat melihat tanda peringatan dalam bahasa Inggris, yang kurang lebih tertulis "area badai pasir", mungkin itulah alasan mengapa pemerintah (kerajaan) melarang adanya permukiman.

"Adakah ini jalan yang juga Rosulullah lewati?", batinku sepanjang melewati jalanan menuju kota Madinah. 

Pemandangan selama perjalanan menuju Kota Madinah

Melihat pemandangan selama perjalanan saja sudah membuat hati rasanya basah, campur aduk. Apalagi ketika bus sampai di Kota Madinah, iringan shalawat dan kalimat-kalimat mutowwif membuat kami satu rombongan makin merasa haru & bersyukur. Dengan izin Allah, akhirnya sampai ditempat ini. Ditanah tempat segalanya bermula, tanah yang penuh dengan sejarah & perjuangan mengesakan Tuhan yang dibawa oleh sosok mulia, Nabi Muhammad SAW. Alhamdulillah, Hadza min Fadli Rabbi.

Di Madinah, kami menginap di hotel yang jaraknya sekitar 500 meter dari Masjid Nabawi. Saat pertama kali datang, jujur aku langsung suka kotanya. Musim dingin membuat udaranya terasa segeeer banget. Ada banyak burung-burung  yang menurutku bikin kota Madinah jadi semakin manis. Iya, manis. Bukan hanya indah. Pengen deh bisa menetap di kota ini.


I wake with the morning light in Medina
Everywhere I see blue skies
Set above these mountains
Bright colours fill the streets
A smile on every face
A special place for me
Potongan lirik lagu Maher Zein dalam lagunya yang berjudul Medina, memang terasa pas banget.

Di Madinah, aktivitas kami sebagian besar ialah melakukan ibadah shalat di Masjid Nabawi, melakukan city tour hingga ziarah ke Raudah (area dekat makam Nabi Muhammad SAW). Area masjid aromanya semerbak. Aksen masjidnya khas dan suara adzannya terdengar lembut. Meski sempat mengelilingi wilayah Masjid Nabawi, kami tidak banyak eksplor wilayah sekitar seperti area perdagangan. Qodarullah juga, mungkin karna lagi musim liburan & jumlah pengunjung lagi ramai-ramainya, mendapatkan akses ke Raudah cukup penuh. Rombongan perempuan travel kami bahkan tidak mendapat jadwal antriannya. Kami hanya bisa masuk kawasan Raudah lewat pintu lainnya.

Area pintu masuk nomor 17 Masjid Nabawi. Pintu masuk wanita yang biasa kami lewati.

Di dalam Masjid Nabawi

Masjid Nabawi yang saat ini sudah sudah mengalami perluasan. Di dalam masjid, tepatnya saat memasuki kawasan Raudah kita bisa melihat bangunan masjid aslinya sebagaimana yang dibangun pada masa Rosulullah.

Area sekitar Raudah

City Tour Madinah
Disekitaran kawasan Masjid Nabawi sendiri terdapat banyak tempat-tempat bersejarah seperti Masjid Ali bin Abi Thalib dan Masjid Ghamamah. 

Mendengarkan sejarah masjid Ali bin Abi Thalib oleh Mutowwif 

Masjid Al Ghamamah 

Area dalam masjid Al Ghamamah 


Kami juga berkesempatan mengunjungi Masjid Quba, masjid pertama yg Rosul bangun. Yang saat ini tampaknya lagi banyak mengalami renovasi. Kami juga ke kebun kurma, walaupun musim tanam/berbuahnya sebenarnya sudah lewat. Hari itu kami juga berkunjung ke Gunung Uhud. Gunung yang juga bersejarah diantaranya ialah tempat terjadinya perang kedua umat muslim yaitu perang Uhud. Disana pula tempat dimakamkannya salah satu paman Nabi yaitu Hamzah. 

Masjid Quba


Area dalam Masjid Quba

Gunung Uhud 

Wilayah tempat dimakamkannya para syuhada perang Uhud

Yang menarik, dihari berikutnya kami juga berkesempatan buat mengunjungi Kota Badar. Sebuah wilayah bersejarah tempat terjadinya perang pertama umat muslim yaitu Perang Badar. Kotanya seperti tengah banyak berbenah jadi kota modern. Diantara tempat yang kami kunjungi di Kota Badar adalah makam para syuhada perang Badar. Kami juga mengunjungi beberapa sumur/sumber air para prajurit saat perang Badar yang kawasannya disebut Birarawha.

Tempat dimakamkannya para syuhada perang Badar

Daftar nama-nama syuhada perang Badar 

Sumur/sumber air pasukan saat Perang badar

Menjelang Dzuhur, kami singgah di sebuah masjid bernama Al Areesh. Yang juga menarik, tidak jauh dari masjid ada tumpukan batu & orang yg tengah melempar batu, diketahui kalo tumpukan itu adalah tempat dimakamkannya Abu Jahal. 

Masjid Al Areesh

Tumpukan batu itu katanya tempat dimakamkannya Abu jahal

Setelah shalat, kami diajak makan siang di sebuah restoran setempat

Perjalanan kemudian dilanjutkan menuju sebuah gunung bernama Jabal Malaikat. Konon, diantara bala tentara perang Badar ialah pasukan malaikat. Malaikat-malaikat ini turun dari gunung ini. Dibanding bukit sekitarnya yang cenderung berbatu, Jabal Malaikat dipenuhi padang pasir halus. Dikejauhan warna gunungnya memang tampak lebih putih dibanding gunung-gunung yang ada disekitarnya.

Pemandangan Jabal Malaikat dari bawah. Tempat ini mengingatkanku sama novel Alkemis.

Pemandangan Kota Badar dari atas Jabal Malaikat

Di Kota Mekkah. Kamis siang, kami bersiap dari Kota Madinah menuju Kota Mekkah. Perjalanan kurang lebih memakan waktu sekitar 5 jam. Perjalanan yang cukup panjang kalau di Indonesia, tapi disini 5 jam ga terasa. Mungkin karna hampir ga macet sama sekali dan wilayah yang amat baru bagi kami, jadi perjalanan terasa tidak membosankan. 

Setelah perjalanan sekitar 1 jam, kami berhenti di Masjid Bir Ali untuk mengambil Miqot (titik ditentukannya niat umroh). Dimulai dengan wudhu & shalat serta niat Ihram. Setelah Ihram, mulai berlaku lah larangan-larangan tertentu selama berumroh. Dari sini jualah kami mulai & diminta banyak membaca kalimat talbiyah, sebuah kalimat yang dilafadzkan sebanyak mungkin selama perjalanan ibadah umroh menuju Kota Mekah.

Labbaikallahumma labbaik, labbaika la syarika laka labbaik. Innal hamda wan ni'mata laka wal mulk. La syarika laka. Artinya : "Ya Allah, aku memenuhi panggilan-Mu, Ya Allah aku memenuhi panggilan-Mu, tidak ada sekutu bagi-Mu. Sesungguhnya pujian dan kenikmatan hanya milik-Mu, dan kerajaan hanyalah milik-Mu, tiada sekutu bagi-Mu".


Menuju masjid Bir Ali. Tampak banyak orang yang sudah menggunakan kain ihram.

Area masjid Bir Ali 

Kami tiba di Mekah malam hari sekitar jam 9 malam. Kami juga diinfokan untuk sejenak beristirahat karna sekitar pukul 11 malamnya harus bersiap melakukan umroh pertama. Hotel tempat kami menginap berada pelataran masjidil haram, begitu sampai hotel aku langsung terkagum ketika melihat menara masjid yang tampak indah dan megah. Sebuah pemandangan yang biasanya hanya kita lihat berupa gambar atau video.

Sesampainya di Mekkah, langsung lihat langit. Terlihat bulan diantara gedung hotel.

Menara disalah satu pintu masuk utama Masjidil Haram 

Sekitar pukul 11 waktu Arab Saudi kami mulai dipandu untuk masuk Masjidil Haram, rasanya seperti masuk istana atau benteng yang megah & kokoh. Diluar ataupun didalam masjid orang-orang masih sangat ramai meski waktu hampir tengah malam.

Pemandangan didalam Masjidil Haram. Pas umroh pertama sebenernya ga buka Hp sama sekali, gambar diambil diwaktu lain saat akan melaksanakan shalat wajib.

Dari kejauhan, tampak Kabah dengan bentuk yang tak utuh karna terhalang tiang-tiang masjid. Sebelum mulai tawaf, rombongan kami melakukan shalat berjamaah Isya. Kami kemudian dipandu turun ke lantai bawah melalui eskalator menuju area tawaf atau persis ke depan Kabah.

Setelah bersama-sama membaca doa menatap Kabah, kami kemudian dipandu semakin dekat dengan Kabah untuk melaksanakan tawaf atau mengelilingi Kabah sebanyak 7 kali putaran. Aku berjalan ditengah antara ibu & bibiku, sambil merangkul tangan keduanya & membaca bacaan tawaf melalui buku panduan. Saat tawaf, ada area-area dengan bacaan tertentu yang harus dibaca. Dibuku panduan juga terdapat rekomedasi doa-doa panjang untuk setiap putaran tawaf, sebuah bacaan doa yang ternyata memungkinkan untuk dibaca ditengah padatnya jemaah umroh. 

Setelah 7 putaran, kami diarahkan keluar area tawaf & meminum air zam-zam yang tersedia diberbagai area kemudian dilanjutkan dengan shalat sunnah tawaf. Oya kami memang tidak berkesempatan untuk memegang kabah secara langsung karna saking padatnya. 

Setelah tawaf, kami memasuki area Safa Marwa, sebuah tempat untuk melakukan Sai atau berjalan-berlari kecil diantara kedua bukitnya. Sebenarnya setiap bacaan & doa kita akan dipandu langsung oleh Mutowwif, hanya saja karna kondisi ramai & kami berbaris ke belakang, suaranya kadang tidak jelas terdengar, jadi membaca sendiri doa-doa di buku panduan adalah yang terbaik. Diantara rukun umroh, Sai barangkali yang paling terasa secara fisik. Tapi Alhamdulillah, kami bisa melaksanakannya dengan lancar. Setelah selesai kami diarahkan keluar masjid, berdoa, dan melakukan Tahalul yaitu memotong sedikit rambut. Prosesi umroh pertama ini selesai sekitar pukul 4 pagi, kami juga diarahkan untuk langsung ke hotel untuk istirahat.

Umroh kedua dilaksanakan Minggu malam atau 2 hari setelah umroh pertama. Dengan mengambil Miqot atau niat berihram di Masjid Jironah. Bedanya, umroh kedua dilaksanakan dari sore hingga waktu isya. Diwaktu shalat Isya, aku mengenali satu-satunya suara imam yang sangat familiar buatku yaitu Imam As Sudais, suara & iramanya khas tarawih ramadhan yang biasa kita lihat & dengarkan dalam siaran langsung ditelevisi dulu.

Area Kabah saat selesai Tawaf kedua

Area Sa'i

Pemandangan setelah selesai melaksanakan umroh kedua. Shalat Isya dipelataran Masjid.

Beberapa kali di waktu menjelang waktu subuh, aku bersama keluarga seringkali mencari tempat shalat yang berada di area Kabah. Pernah juga saat keluarga pulang ke hotel, aku izin untuk tetap di area masjid/kabah untuk melakukan itikaf & berkeliling ke tempat-tempat yang sebelumnya tidak memungkinkan untuk didatangi.

Berkeliling Ka'bah sendiri. Sayangnya tetap ga bisa pegang karna ada pembatas yang artinya sedang dilakukan maintenance. 

Mengantar bapak ke tempat cukur. Fyi, selama disana aku terbilang jago menawar. Komunikasi menggunakan bahasa Inggris seadanya. Dan sebenarnya orang sana banyak juga yang mengerti Bahasa Indonesia. Di tempat cukur rambut ini biaya aslinya 20 SAR, bapak bayar 15 SAR.

City Tour Mekkah
Ada beberapa wilayah yang sebenarnya seringkali jadi tujuan tour jemaah di Kota Mekkah. Rombongan kami berkesempatan buat mengunjungi wilayah Jabal Rahmah & area-area yang biasanya dilewati saat haji. Melalui city tour, kami melihat ada banyak pekerjaan umum yang tengah dilakukan menyambut persiapan musim haji nanti. Selama perjalanan bus, kami juga dikenalkan tempat bersejarah & penting lainnya seperti Gua Hira, area Mina, hingga masjid bersejarah atau pemakaman orang yang dulu dekat dengan Rosulullah.

Gerbang Jabal Rahmah 

Jabal Rahmah

Katanya, salah satu proses ibadah Haji adalah melakukan perjalanan disini menuju Arafah.

Kami melakukan Tawaf Wada atau Tawaf perpisahan sebelum pulang ke Tanah Air pada senin malamnya. Dan check out hotel selasa pagi supaya siangnya bisa sampai bandara Jeddah karna sorenya pesawat kami menuju Indonesia akan berangkat.


Pemandangan di Bandara Jeddah sebelum pulang ke Tanah Air

Hadza min Fadli Rabbi..
Adalah ungkapan yang diucapkan oleh Nabi Sulaiman AS, tercantum dalam Al Quran surat An Naml ayat 40 yang artinya "Ini termasuk karunia Tuhanku". Yang tidak lain merupakan ungkapan rasa syukur kepada Allah SWT. 

Kalimat yang rasanya juga sesuai atas perjalanan kemarin, yang dengan segala kekurangan, kelemahan, dan ketidakberdayaan diri, Allah perkenankan untuk mengunjungi, merasakan, dan melihat langsung tempat-tempat yang disucikanNya. Baitullah, tempat yang menjadi kiblat umat muslim, tempat kita selama seumur hidup menghadap untuk menghamba & berdoa. 

Maha suci & maha baik Allah yang maha memperjalankan. Semoga Allah sempurnakan & terima ibadah kami semuanya. Aamiin. 

Pemandangan langit petang dari dalam pesawat