Siang itu cukup terik walaupun hari belum sampai pertengahan. Aku tengah memesan ayam potong, tempatnya sekitar 10 menit dari rumah mengendarai motor. Ditempat pemotongan ayam, aku melihat & memerhatikan tukang potong memilih & menimbang ayam-ayam, mengasah pisau sambil merapal doa-doa kemudian tanpa ragu membuat sayatan kecil dileher ayam. Ayam langsung dilempar dalam bak batu bata (agar saat ayam mengamuk & sekarat ia tetap disana). Hitungan menit atau mungkin detik ayam ayam yang sudah disembelih tadi dimasukkan dalam tong aluminium sambil disirami air panas, setelah itu dimasukkan kembali ke sebuah tong mesin pencabut bulu.
(Langit siang itu)
Ini bukan kali pertama aku melihat proses pemotongan ayam. Namun entah mengapa, kali ini aku merasa ikut kasihan dengan nasib si ayam. Baru beberapa menit lalu melihatnya mengiak-ngiak, sekarang sudah siap jadi bahan olahan makanan manusia.
Ayam itu menjalani takdirnya. Bisikku dalam hati.
Sambil menunggu si tukang potong menyelesaikan pesananku, dari kejauhan aku juga memerhatikan berbagai pohon disekitar. Ada pohon mangga dengan daunnya yg kecil-kecil. Tak jauh disebrangnya juga ada pohon pisang dengan daunnya yang lebar-lebar. Masing-masing berbeda; bentuk & buahnya. Seperti ayam, pohon-pohon itu juga pasti punya cara sendiri menjalani takdirnya. Aku bahkan pernah mendengar, sebagai makhluk hidup & ciptaan Nya, pohon-pohon juga punya cara sendiri untuk berdizikir & mengesakan Tuhan. Ia bahkan menghasilkan kebaikan lewat buah yg kita makan, oksigen yg kita hirup, akar yang menahan tanah dari longsor dan sebagainya.
Seperti halnya pohon, hewan, gunung, laut serta semua yang ada di langit & di bumi adalah makhluk ciptaan Nya. Namun, apakah yg membedakan mereka dengan kita (manusia) yg juga makhluknya? Bisikku dalam hati, kembali berpikir.
Pohon-pohon, hewan dan makhluk lainnya ga pernah berkomentar & membandingkan dirinya dengan yg lain. Mereka menjalani hidup yg Tuhan beri & percayakan. Pandanganku kemudian beralih ke rumah-rumah, gedung-gedung, jalan aspal dan tiang-tiang listrik. Manusia dibekali akal. Dengan akal, manusia berpikir, mencipta & berkembang. Dari jaman dulu hingga sekarang. Perkembangannya jadi saksi betapa luar biasa benda bernama akal itu. Akal manusia mungkin akan terus berkembang menghasilkan sesuatu yg tak terbayangkan. Sebagaimana mungkin manusia dulu tak terbayangkan adanya HP sekarang. Akal adalah sesuatu yg ajaib. Dalam suatu bahkan disebutkan ia adalah mukjizat.
Kalau ayam, pohon dan makhluk Tuhan punya takdirnya sendiri. Lalu kira-kira takdir apa ya yg Tuhan gariskan pada manusia?
Dalam salah satu ayat Al Quran tepatnya dalam Surat Al Baqarah ayat 30 (ingat karna dulu sempat ikut sebuah perlombaan & bahas ayat ini). Kurang lebih diceritakan kalau Allah memberi tahu malaikat bahwa Dia akan menciptakan suatu makhluk yg akan memimpin (mengatur) bumi. Kitalah makhluk itu, manusia. Kalo dipikir-pikir, apalah kita yg juga makhluk mengatur ciptaanNya? yg tanpa manusia pun, bumi sudah pasti memiliki keteraturannys sendiri.
Iya, kita memang dibekali akal yg ajaib. Dengan akal, kebaikan yang kita hasilkan bisa berlipat-lipat. Sayangnya, Tuhan menciptakan kita sepaket dengan sifat lain bernama nafsu. Mengapa sayang? Karna kita manusia lebih sering terkecoh olehnya. Kita bisa mudah terjerumus dalam keburukannya. Belum lagi adanya makhluk yang telah bersumpah hingga hari akhir untuk menyesatkan kita.
Pantas aja dalam Quran juga diceritakan kalau sebelumnya Allah sempat menawarkan amanat yg sama pada makhluk Nya yang lain (gunung, laut, dll). Namun yg lain menolak, tak menyanggupi. Saking ga sanggupnya hampir-hampir gunung yang Allah tawari itu hancur.
Namun, sebagaimana yg juga diceritakan dalam ayat yg sama, dimana malaikat mempertanyakan penciptaan manusia dengan sifatnya yang berpotensi berbuat kerusakan & menumpahkan darah, Allah menjawab dengan berkata Ia maha tau apa yg tidak makhluknya ketahui.
Jadi.. walau kita tidak seperti malaikat (yang suci & terbebas dari segala dosa), Allah tau kok dalam merenangi hidup, manusia sangat berpotensi & pasti melakukan keburukan juga kesalahan. Meskipun begitu, dikatakan juga kalau selama ga menyekutukan Nya dengan yang lain, Allah senantiasa memaafkan. Memberikan kasih & sayangNya.
0 Komentar