Diantara perkara yang dapat melapangkan dada dan melenyapkan awan kesedihan dan kesusahan adalah berjalan menjelajah negeri dan membaca "buku penciptaan" yang lebar ini untuk menyaksikan bagaimana pena-pena kekuasaan menuliskan tanda-tanda keindahan di atas lembaran-lembaran kehidupan. Betapa tidak, karena kamu akan banyak menyaksikan taman,  kebun,  sawah, dan bukit-bukit hijau indah memesona.  

Keluarlah dari rumah, lalu perhatikan apa yang ada disekitarmu, di depan matamu,  dan dibelakangmu! Dakilah gunung-gunung, jamahlah tanah di lembah-lembah,  panjatlah batang-batang pepohonan, reguklah air yang jernih, dan ciumkan hidungmu atas bunga mawar! Pada saat-saat itu,  kamu akan menemukan jiwamu benar-benar merdeka dan bebas seperti burung yang berkicau melafalkan tasbih di angkasa kebahagiaan. Keluarlah dari rumahmu, tutup kedua matamu dengan kain hitam, kemudian berjalanlah dibumi-Nya yang luas ini dengan senantiasa berdzikir dan bertasbih. 

Mengurung diri dalam kamar yang sunyi bersama kekosongan yang membahayakan merupakan cara ampuh untuk bunuh diri. Kamarmu bukanlah alam semesta.

(Kutipan buku La Tahzan karya Dr. Aidh al-Qarni Hal 37)

Panjang ya?  Hehe. Sengaja disertakan dalam tulisan kali ini. Karna kayanya ngena banget, khususnya gue secara pribadi. Akhirnya, setelah a loooong time dirumah aja, Sabtu 4 Juli kemarin bisa main jauh bareng temen-temen. Handa, Nani, Ceceh & Faqih. Tujuan kali ini ialah Rafting atau Arung jeram Sungai Ciberang Lebak Banten. Kita rencanain 2 minggu sebelumnya. Ada ragu juga sebenernya ditengah kondisi pandemi kaya sekarang. Heu. 

Belum lagi overthingking bin parno gimana kalau kalau.. (hanyut, tenggelem, dst). Tapi gak dipungkiri, keinginan buat main ke alam gitu juga sama hebatnya. Lebih-lebih setelah baca kutipan diatas, iya gak sih?. (Men, gue rasanya udah terlalu lama dirumah, bahkan sebelum pandemi). Semakin antusias. Makin ga sabar. Im so excited!.

Kami berangkat sekitar jam 6 pagi dari Cisoka. Perjalanan untuk sampai tujuan kira-kira butuh waktu 1,5-2 jam. Jalanan terhitung lengang, apalagi memasuki wilayah Curug Bitung-Cipanas. Udara, pemandangan bukit & kabutnya, bahkan melihat gimana aktivitas masyarakat benar-benar nyegerin mata. Apalagi pas liat gimana aktivitas masyarakat. Finally...



 

Memasuki kecamatan Lebak Gedong, dimana pemukiman ini termasuk yang dilintasi sungai Ciberang, terlihat jelas gimana kerusakan jalan, jembatan, rumah, bahkan patahan tanah dibeberapa titik akibat luapan sungai Ciberang di awal tahun lalu. Kami & pengguna jalan yang lain sempat kesulitan melewati jalanan itu. Pemerintah agaknya bukan gak tau sih, masyarakat juga ga mungkin belum melaporkan. Pemerintah mungkin lamban atau beberapa urusan birokrasi yang buat pemulihannya jadi alot. 



Beberapa jalanan dan jembatan yang mengalami kerusakan akibat luapan arus sungai Ciberang. 

Kegiatan Rafting sendiri tersedia dalam beberapa paket mulai dari 185-225/org. Selain jarak, beberapa fasilitas membedakan. Kami pilih paket pertama atau arus deras 2. 

Resevasi & informasi wisata Arung Jeram Ciberang.

Lokasi tempat rafting, sungai Ciberangnya persis dibelakang rumah digambar.

Bersantai. Dari sini suara arus sungai udah kedengeran banget. Eargasm.

Pas sampe lokasi kita dikasih welcome drink gitu (teh anget, cenderung panas. Wkwk) plus gorengan, juga menu sarapan yang dibawa dari rumah. 

Selain berdoa, kami di briefing beberapa hal. Misalnya cara mendayung, pindah kiri pindah kanan, dsb. Kondisi sungai saat itu lagi dibawah standar katanya. Meski pertama liat arus sungai kayanya serem, tapi kalau udh diatas boat ternyata biasa aja. Apalagi ada beberapa part sungai yang emang kayanya cenderung tenang. Dari yang dikira seboat bakal berlima atau bareng, guidenya minta kami buat dibagi jadi 2 boat. Jadi 2-3 orang perboat. Ditambah guidenya jadi perboat jadi 4 orang sih. Tiap melewati pemandangan sungai kita disuguhi pepohonan, bukit, tebing, batu-batu, rumah-rumah warga,  juga suara hewan kaya monyet yang samar-samar kedengeran.

We are ready!!



Yang bikin tegang? Hmm.. Meski beberapa kali nyangkut, nyungsep, atau ngebentur tebing, yang bikin tegang banget kayanya ga ada sih. Ada mungkin pas nyangkut, dimana pas itu boat miring dan semua diminta pindah ke sisi kanan yang mana itu adalah sisi tempat gue duduk. Yap, diminta buat tahan posisi ditengah arus. Guidenya nunggu temennya buat bantu benerin posisi boat yang nyangkut. Pas itu gue kayanya hampir-hampir ga kuat pegangan sih. Kalau aja lepas, makin seru sih kayanya (hanyut cuy -,-).


Gak banyak yang bisa difoto/videoin selama kegiatan,  kamera & gerak terbatas.

Selang beberapa kilometer, kami berenti, jeda buat istirahat. Nani, Ceceh, dan gue sempet nyobain lompat dari atas batu gede gitu. Ketinggiannya sekitar 2 meter atau lebih,  tapi ngeliat air dibawah jadi lumayan serem juga. 
Foto bareng dilokasi istirahat. 

Pas lagi naik & pas diatas sok-sok berani. Giliran jatoh sebut-sebut nama Tuhan. Kaya hidup. Manusia dasar -,-

Setelah sampai atau selesai rafting kami juga disediakan kelapa muda (beneran kelapa utuh) & goreng pastel. Kami semua kembali ke tempat semula naik mobil losbak yang emang disediain, melewati jalanan yang udah dilalui pas berangkat sebelumnya. Setelah makan, bersih-bersih dan solat,  gak lama kita langsung kembali pulang ke rumah. 

Wkwkwk :D

Salah satu part terbaik kayanya ini deh. Makan!. Wkwk. 

Thanks yaaa. Seneng banget. Kayanya liburan/main itu emang ga pernah cukup ya. Selalu kurang, selalu pengen lagi. Dasar manusia, lagi-lagi. 

Terakhir, melanjutkan kembali kutipan dari buku La Tahzan karya Aidh al-Qarni sebelumnya; Dan kamu bukanlah manusia satu-satunya di alam ini. Karena itu,  mengapa kamu harus menyerahkan diri kepada pembisik-pembisik kesusahan dan kesedihan?  Tidakah sebaiknya kamu menyatukan pandangan, pendengaran, dan hati untuk menyeru kepada dirimu sendiri?