Sambil kerja atau melakukan sesuatu memang paling enak sambil mendengarkan musik, terlebih kalau pekerjaannya ga begitu butuh konsentrasi tinggi alias nyantai. Selain musik, gue juga seneng dengerin podcast, ini dilakuin kalau kerjaanya bener-bener nyantai banget. Dengerin podcast yang kiranya bisa kasih insight bermanfaat gitu. Istilahnya sekali dayung, dua-tiga pulau terlampaui (dasar gak mau rugi juga sih anaknya. Ehe). Ada beberapa podcast yang sering gue denger di Spotify. Paling sering diputer Thirty Days Of Lunch, Curhat Bapa Ibu sama Satu Persen termasuk podcastnya Raditya Dika (PORD).

Kebetulan kali ini gue dengerin podcastnya Raditya Dika, yang walaupun beliau ini terkenal sebagai stan up comedian, konten-konten media sosialnya gue rasa cukup banyak yang bermanfaat. Awalnya gue dengerin episode yang bareng Prita Gozie tentang Tanya Jawab Soal Uang, lanjut ke episode yang bareng seorang animator kartun Nusa & Rara, Ryan Andriandhy. Di episode ini, membahas tentang Kreatif Dimasa Karantina, awal-awal bahasannya biasa seperti yang kayanya hampir sering orang bahas kalau ngomongin pandemi, tapi hal yang paling berkesan sampai gue cari tau lebih lanjut ialah saat Ryan membahas tentang bagaimana kondisi pandemi ini membawa ia mengenali bahkan berkomunikasi dengan dirinya, khususnya dirinya dimasa anak-anak. Meskipun mirip buku cerita anak tapi apa yang ditulis tampak personal. Tulisan yang berisi pembicaraan dua Ryan, yaitu Ryan saat kecil dan Ryan saat sekarang. Tulisan-tulisan & ilustrasi itu tergabung dalam sebuah karya bertema DPKSDWS alias DiPaKSa DeWaSa. DPKSDWS ini hadir berupa komik strip instagram, cerita pendek, dan kabarnya banyak rencana lainnya.


Salah satu ilustrasi DPKSDWS yang diambil dari akun instagram Ryan Adriandhy

Bagaimana Ryan menjelaskan latar belakang dibuatnya DPKSDWS ini membuat mata gue sempat berair dan sudah tentu langsung meluncur mencari tau ke akun insatgramnya. Eh ternyata itu udah di post sejak akhir Desember 2019 lalu dong. Karna Ryan seorang animator, jelas bagaimana beliau memvisualisasikannya terlihat sangat menarik dan kreatif. Meskipun sebenernya, gue masih lebih ngena pas dia menjelaskan secara lisan sih. Bagaimana podkes atau DPKSDWS ini, teman-teman bisa langsung cek di podcast Raditya Dika atau akun instagramnya Ryan Andriandhy.

Kenapa gue seolah bisa relate, mungkin karna saat ini berada difase dimana gue maerasakan hal yang sama. Seorang yang tengah berada di usia dewasa muda katanya, banyak realitas dalam hidup yang harus dijalani dan dipahami, juga kerinduan saat masa-masa hidup hanya tentang aku. Dunia yang penuh dengan rasa ingin tau, dunia bermain & imajinasi, dunia yang segalanya kita pikirkan dengan sederhana saja. Sadar waktu ga bisa kembali, tapi seperti yang Ryan bilang dalam DPKSDWS sebenarnya adalah tentang bagaimana seorang Ryan dewasa mengambil pelajaran akan hidupnya yang sekarang, bagaimana tetap maju sekaligus berpikir bahwa segalanya tidak sesulit yang dibayangkan. Ryan juga bilang, DPKSDWS seolah terapi bagi dirinya. Dan gue rasa, Ryan telah apa yang orang bilang tentang berteman dengan inner child-nya.


Cerita lengkapnya cek langsung akun instagramnya aja yaa

Anyway.. Ngomong-ngomong soal DPKSDWSW & inner child, gue jadi mikir kenapa ya gue kayanya punya ketertarikan akan hal-hal yang berkaitan dengan psikologis manusia. Ini juga gue sadari karna beberapa buku atau tulisan yang gue baca atau topik yang gue denger lebih ke yang berkaitan seputar itu. Apakah ini sebenarnya salah satu arah minat gue atau hanya karna kondisi mental gue yang yaaa.. memang membutuhkan asupan bacaan seperti itu? WKWK.

Tapi bener lho, di sebuah hasil tes yang pernah gue ikuti menerangkan bahwa selain litteracy arah minat gue (bahkan masuk diurutan pertama) ialah scientific atau sesuatu yang berkaitan dengan menemukan fakta dan memecahkan masalah. Yang salah satu contoh profesinya itu psikolog. Tapi ya dasar dulu, sangat amat tidak mengenali diri sendiri. Merasanya “Gue kan senengnya pelajaran Bahasa Indonesia..” dah stuck gitu aja. Rekomendasinya di IPA, nekat pindah ke IPS setelah seminggu hanya karna “Gue sukanya kan IPS.. gue kangen pelajaran sosial..”. Eh tapi kemudian kuliah perencanaan wilayah. Lalu bekerja dibidang social service. Gue bahkan pernah mikir, selain keperawatan kayanya jurusan yang akan gue pilih jika bisa kembali ke masa lalu adalah psikologi. Bukan apa-apasih, kayanya seru aja. Heuhh.. Sungguh random hidup ini. Nggak nggak, pikiran gue sih yang kayanya suka random.

Yaudahlah.. Sebelum tulisan ini juga makin random, mari kita sudahi saja. See you!