Mengisi waktu luang jadi satu hal yang barangkali tengah banyak orang pikir dan rencanakan ditengah kegiatan sekolah, pekerjaan, seminar-seminar, atau aktivitas-aktivitas lainnya yang dirumahkan akibat Pandemi COVID 19. Beberapa hari pertama banyak yang menyambut dengan sukacita. Namun ternyata, tak selalu indah seperti yang dibayangkan saat kemudian kita dilanda bosan sebab terlalu lama dirumahkan. (Dasar manusia!)

Clock, Alarm Clock, Watch, Time, Old

By the way, aku telah tiga taun bekerja dengan sistem yang juga hampir selalu dirumah. Jadi saat berita work from home banyak diperbincangkan, aku cukup yang ya.. biasa aja. Ditahun-tahun pertama bekerja biasa karna sambil kuliah, kemudian menikmati, tapi akhirnya bosan juga. Saking bosannya, rasa-rasanya sangat mungkin untuk mati karna bosan jika terus-terusan seperti ini. (Feel stuck pokoknya!)

Ditengah pandemi pula, muncul berbagai artikel tentang hal-hal yang bisa dilakukan selama karantina. Bahkan banyak juga pelatihan-pelatihan dan seminar online yang tidak berbayar alias digratiskan. Aku sendiri kadang merasa lucu, merasa diuntungkan, bahkan malu sebenarnya. Malu karna sebelumnya sering mengeluh, sedang ternyata banyak ko orang yang berhasil struggle bahkan bisa ambil peluang lebih banyak walaupun ditengah kondisi seperti ini.

Oke balik lagi, ditulisan kali ini aku akan coba bahas sedikit tentang mengisi waktu luang. Ngerti, tiap orang punya caranya masing-masing. Kalau dulu sih sempet kacau rasanya, mungkin karna ga punya rencana dan tujuan kali ya. Sekarang? belum 100 persen sih, tapi better than before lah ya. Hehe. Awal tahun ini (sebelum Covid 19 jadi pandemi) aku akhirnya mencoba mencerna dan membuat beberapa kesepakatan dengan diri sendiri.

Hal pertama yang rasanya penting ialah sadari dan syukuri. Jujur, aku tipikal pemikir. Sayangnya, kemarin-kemarin itu mungkin lebih sering berpikir tentang menyesali masa lalu dan mengkhawatirkan tentang bagaimana masa depan. Itu gak baik, bikin capek, mungkin anxiety juga. Jadi pertama, ya sadari dan terima kondisi saat ini. Bukan cuma soal pekerjaan, tapi kondisi kita seluruhnya. Dari mulai soal keluarga, lingkungan, pendidikan, bahkan diri kita secara pribadi. And its okay to be different, gapapa kalau kondisi kita sekarang punya banyak kekurangan, gapapa kalau kita harus mulai dari titik yang berbeda dari orang lain. Kita harus berusaha dan mencoba menerima segala hal-hal yang memang bukan atau sudah diluar kendali kita. Hingga kemudian, pilihan terbaik lainnya ialah syukuri. Butuh kebesaran hati memang. Tapi saat diri benar-benar lakukan itu, ada sesuatu yang rasanya damai. Sesuatu yang rasanya mungkin sebuah proses pendewasaan.

Setelah membuat kespakatan dengan diri, pilihan selanjutnya adalah miliki kebiasaan baik. Kondisi yang kita alami sekarang sangat mungkin membuat kita lost dari kontrol yang ada atau sudah berjalan. Awal-awal terasa nyaman dan bebas. Hey, tapi.. hati-hati. Itu mungkin bisa membunuhmu pelan-pelan. Tepatnya membunuh pelan-pelan karaktermu. Kita jadi gak disiplin, suka menunda dan pemalas. Belum lagi otak yang jarang terasah akan semakin mengkerut kehilangan ketajaman. (Oh, itu mimpi buruk). Saat menyadari hal itu mungkin saja terjadi, aku sangat khawatir. Sampai kemudian, aku pernah mendengar atau membaca (lupa); Jika tak miliki tujuan pasti, setidaknya milikilah kebiasaan-kebiasaan baik. Sebab bisa jadi itu akan menghantarkanmu pada hal-hal baik pula. Itu juga yang selalu aku coba pegang sekarang. Yap, miliki kebiasaan baik. Aku mulai dengan membuat rencana perhari, perminggu, perbulan secara bertahap. Mulai dari tetap bangun pagi, baca buku, olahraga, masak, kerja, belajar, bikin jurnal, dan lain-lain termasuk jangan begadang. Belum selalu konsisten memang, tapi aku akan terus mencoba. Sederhana memang, tapi semua berproses, yang penting sadar diri. 

Oya aku juga seringkali bertanya-tanya, hal-hal apa yang tidak bisa kita ulangi dimasa depan, hal yang hanya bisa kita lakukan saat ini (seperti berbakti & bercengkrama dengan orang tua) atau basic survival apa yang sekiranya harus dipelajari entah untuk kita sebagai personal atau keluarga kita nantinya (misalnya menegenai financial planning). 

Punya waktu luang berarti punya kesempatan bagi diri untuk terus melakukan kontemplasi, refleksi dan atau evaluasi diri. Be present, salah satu kalimat yang aku sukai sekarang ini.