Setiap orang pasti menyukai perjalanan. Lebih-lebih kalau perjalanan itu membawa kita pada hal-hal baru. Sebuah perjalanan selalu mempertemukan kita dengan banyak hal. Tempat baru, orang-orang baru, atau.. diri kita yang baru. Tepatnya sisi lain dari diri kita, yang baru kita sadari dan baru kita temukan keberadaanya. Sisi lain yang meskipun  berarti tidak seutuhnya. 

Namun ibarat sebuah puzzle, setiap sisi atau kepingannya tetaplah berharga. Bukankah sejatinya hidup adalah sebuah perjalanan? puzzle tengah disusun dan aku masih terus berproses. Terus belajar.



10 hari lalu tepatnya tanggal 23 Oktober – 1 November 2019, takdir Tuhan memperjalankanku menuju Lampung untuk mengikuti sebuah Pendidikan dan Latihan (Diklat) berkaitan dengan pekerjaannku. Kegiatan Diklat ini membahas program Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga (P2K2) atau disebut juga Familiy Development Session (FDS). Materinya tentu lebih seeputar keluarga. Mulai dari pengasuhan dan pendidikan anak, pengelolaan uang keluarga, kesehatan & gizi, perlindungan anak, serta kesejahteraan sosial disabilitas & lansia. Iya, ini agaknya tampak lucu memang. Karena belum berkeluarga, kegiatannya seperti kelas parenting bagiku. Tapi mari niatkan untuk belajar saja.


LPMP, asrama tempat peserta menginap.

Hari pertama bersama fasilitator. Namanya bu Lilis. 

Empat hari pertama kami belajar dikelas, lima hari selanjutnya kegiatan dilaksanakan dilapangan di sekitar pesisir wilayah Pesawaran bersama 3 orang fasilitator. Setiap materi dibahas dan disampaikan ulang oleh peserta satu persatu pada pengurus keluarga penerima manfaat (KPM) sebagai simulasi P2K2. Susah-susah gampang. Kami dituntut menyampaikan setiap materi pada KPM yang semuanya ibu-ibu dengan bahasa yang mudah dan semenarik mungkin agar bisa dimengerti. Melalui kegiatan lapangan ini, kami juga sekalian mencoba menu makanan sehari-hari masyarakat setempat. Ada Pekhos Pati (sejenis ikan bakar/goreng yang disiram kuah santan), Cumi Balado, ikan kuah kuning, dan jengkol yang disemur/dibalado. Katanya sih jengkol disana  berbeda dengan jengkol pada umumnya. Aku sebenarnya tidak begitu menyukai,  tapi penasaran & akhirnya mencoba juga. Rasa & tekstur memang beda karena memang diolah dengan cara tertentu. Sial, saat buang air kecil tetap saja sama. Bau. Eww. 

Pemandangan laut di lokasi belajar lapangan.


Beberapa dokumentasi Praktek belajar lapangan.

Setelah kegiatan dikelas dan lapangan, kegiatan selanjutnya ialah ujian. Herrr. Ada dua macam ujian yang harus diikuti yaitu ujian kompehensif dan ujian sertifikasi. Ujian komprehensif materinya seputar materi P2K2. Sedangkan ujian sertifikasi seputar kepekerjaan sosial. Oya, selain itu juga ada beberapa tugas yang harus dilengkapi seiring berlangsungnya setiap rangkaian kegiatan. Diantara tugasnya ialah tugas Deskripsi Diri. Yang isinya selain data diri secara umum, juga sikap kita atas kasus yang pernah kita hadapi sebelumnya selama bekerja. Pengerjaannya mirip seperti mengerjakan tugas akhir kuliah, kita diminta melakukan asistensi dan revisi hingga tugas dirasa cukup baik dan memenuhi standar yang diminta.

Hmmm... Bagaimanapun Lampung adalah tempat baru bagi ku juga mungkin rekan kerja ku yang lain. Karenanya, momen ini juga kami manfaatkan untuk berkeliling wilayah meski tidak seluruhnya. Sebenarnya saat pertama tiba di Lampung, jalanannya  mengingatkan ku pada beberapa wilayah di Banten. Kadang terasa berada di Serang (Cikande), wilayah Lebak, Pandeglang, bahkan kadang Jakarta. Kalau di amati juga, cara bicara orang Lampung mirip seperti orang suku Jawa. Lain lagi saat melakukan praktek lapangan, masyarakat pesisir sana kebanyakan merupakan suku Sunda katanya. Beberapa diantaranya diketahui berasal dari Lebak. Tidak heran Lampung dikenal dengan Sai Bumi Ruwa Jurai atau satu bumi dua suku. Mungkin maksudnya Suku Sunda & Jawa. Cmiiw.   

Hal yang sangat aku apresiasi ialah bagaimana pemerintah dan masyarakat disana yang menghargai identitas atau simbol daerahnya. Iya, Siger Lampung. Siger Lampung ini aku lihat hampir selalu menempel disetiap rumah dan gedung atau fasilitas umum lainnya. Ternyata memang, pemerintah daerah telah memperdakannya. Sebagai pendatang, hal itu seolah menegaskan kita tengah berada dimana. 

Lampung merupakan gerbang masuk selatan pulau Sumatera. Tentu merupakan potensi tersendiri bagi wilayahnya. Untungnya pemerintah daerah agaknya menyadari itu. Didukung kondisi fisik wilayah yang masih indah & menarik seperti perbukitan, hutan dan pesisir. Juga kekhasannya seperti simbol, hewan, tempat, makanan, atau kerajinan lainnya.  Semoga pemerintah & masyarakat disana terus mengembangkan & menjaga potensi serta anugerah itu ya. 


Belum ke Lampung kalau belum kesini. Katanya.


Beda emang kalau jalan bareng mak emak. Shopping teros.  -,-

Berbeda saat keberangkatan, pulang menuju Tangerang aku menaiki moda transportasi laut. Kami menyebrangi lautan saat momen yang tepat. Yap, sore. Satu jam disuguhi & ditemani keindahan senja. Warna jingga & sinar mentari yang memantul, kapal pesiar di kejauhan dengan efek siluet. Suara ombak & angin. Aku duduk bersila memandangi itu. Menikmati itu. 

Dermaga Eksekutif Bakauheni.Tempatnya  keren & nyaman banget. 


Kalau saja foto & video kamera hp ga terhapus. Ada banyak dokumentasi bagus selama disana. Termasuk senja diatas kapal. Ini & beberapa foto lain adalah yang tersisa di instagram. Hiks T.T

Lampung. Ibarat manusia seolah telah menemukan siapa dirinya. Lalu bagaimana dengan aku? Bagaimana dengan kamu?